JANGAN IRI REJEKI ORANG LAIN
Tidak
perlu merasa iri hati dengan rizki orang lain. Kita dilapangkan rizki,
itu adalah ujian. Kita disempitkan rizki, itu pula ujian. Dilapangkan
rizki agar kita diuji apakah termasuk orang yang bersyukur atau tidak.
Disempitkan rizki agar kita diuji termasuk orang yang bersabar ataukah
tidak. Maka tergantung kita dalam menyikapi rizki yang Allah berikan.
Tidak perlu bersedih jika memang kita tidak ditakdirkan mendapatkan
rizki sebagaimana saudara kita. Allah tentu saja mengetahui manakah yang
terbaik bagi hamba-Nya. Cobalah pula kita perhatikan bahwa rizki dan
nikmat bukanlah pada harta saja. Kesehatan badan, nikmat waktu senggang,
bahkan yang terbesar dari itu yaitu nikmat hidayah Islam dan Iman, itu
pun termasuk nikmat yang patut disyukuri. Semoga bisa jadi renungan
berharga.
Ayat yang patut direnungkan adalah firman Allah Ta’ala,
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ
وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا
ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16)
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan
diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: “Tuhanku telah
memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya
Maka Dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“. (QS. Al Fajr: 15-16)
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat di atas, “Dalam ayat
tersebut, Allah Ta’ala mengingkari orang yang keliru dalam memahami
maksud Allah meluaskan rizki. Allah sebenarnya menjadikan hal itu
sebagai ujian. Namun dia menyangka dengan luasnya rizki tersebut, itu
berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sebenarnya itu
hanyalah ujian. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لا يَشْعُرُونَ
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan
kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan
kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.”
(QS. Al Mu’minun: 55-56)
Sebaliknya, jika Allah menyempitkan
rizki, ia merasa bahwa Allah menghinangkannya. Sebenarnya tidaklah
sebagaimana yang ia sangka. Tidaklah seperti itu sama sekali. Allah
memberi rizki itu bisa jadi pada orang yang Dia cintai atau pada yang
tidak Dia cintai. Begitu pula Allah menyempitkan rizki pada pada orang
yang Dia cintai atau pun tidak. Sebenarnya yang jadi patokan ketika
seseorang dilapangkan dan disempitkan rizki adalah dilihat dari
ketaatannya pada Allah dalam dua keadaan tersebut. Jika ia adalah
seorang yang berkecukupan, lantas ia bersyukur pada Allah dengan nikmat
tersebut, maka inilah yang benar
Dengki itu akan melahap
kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering karena
biasanya orang yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang tidak
dia sukai dengan menyebutkan kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang
lain membencinya, merendahkan martabatnya dll. Ini semua adalah dosa
besar yang bisa melahap habis berbagai kebaikan yang ada.
وَلا
تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ
لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا
اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap
apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari
sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari
pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian
dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. an
Nisa’: 32)
-Tim Ustadz-
sumber fb: Yusuf Mansur Network
Tidak ada komentar:
Posting Komentar